SECRET FILE

Sabtu, 12 Maret 2011

Fakta!!! Perwira Nazi Yang Menjadi Muallaf!!

ACHTUNG!!! ACHTUNG!!! Jika sebelumnya saya pernah menulis tentang hubungan Islam, Yahudi dan NAZI, kali ini saya akan menulis tentang pandangan Adolf Hitler dan perwira-perwira NAZI mengenai Islam. Bahkan dalam pasukan NAZI terdapat hampir sekitar 60.000 ribu orang muslim. Lalu sebenarnya apa yang melatar belakangi kerja sama muslim dengan NAZI?

Banyaknya bangsa Arab dan Muslim yang membela sekutu pada perang dunia pertama merasa telah dikhianati oleh janji-janji manis sekutu mengenai kemerdekaan dan hak-hak mereka (bahkan sampai sekarang pihak barat/sekutu masih membodohi masyarakat muslim). Sedangkan Jerman adalah pihak yang kalah pada perang dunia pertama. Intinya: Mereka memiliki musuh yang sama dengan latar belakang yang berbeda.

November 1938 sebuah surat kabar bernama Die Welt, dengan merujuk pada artikel yang muncul di Der Arbeitsmann, menulis sebagai berikut: “Inti utama dari artikel tersebut adalah pujian akan konsep Islam tentang takdir, sebagai sebuah contoh komperehensif akan ide-ide tentang nasib yang akan datang. Hal ini sekaligus pula bertentangan dengan konsep-konsep yang diyakini oleh doktrin Kekristenan yang selama ini berlaku.” Di pihak lain, dengan merujuk pada mingguan Berlin Fridericus, sebuah majalah Prancis menulis bahwa “jumlah orang-orang yang masuk Islam yang semakin meningkat sampai saat ini tak pernah menimbulkan masalah berarti di Jerman.”

Fridericus mengklaim bahwa hal ini disebabkan oleh konsep Islam yang “memproklamasikan prinsip-prinsip vital dari etika yang sudah terbina, sehingga sangat mungkin untuk dikonfirmasikan.” Dengan mengharmonisasikan ide-ide keadilan dan pengampunan, Islam telah membuat “banyak orang-orang Nordik yang merasa tertarik dengan ajaran-ajaran pembebasan dan keseteraan yang dikemukakannya.”

Der Welt menyimpulkan laporannya: “Orang-orang Austria yang bergabung kembali dengan Reich mendapati bahwa di ibukota yang baru kini berkembang penelitian dan minat yang besar akan agama Muhammad, sehingga kita bisa melihat bertambahnya orang-orang lokal yang memproklamirkan diri sebagai pengikutnya (seperti tercatat di laporan resmi pemerintah). Di pihak lain, propaganda-propaganda terencana yang mendukung ditinggalkannya ajaran-ajaran Gereja Kristen malah semakin berkembang.” (dikutip dari buku “Nazisme et Islam” karya Omar Amin Mufti).

Dalam Perang Dunia II, Jerman berperang melawan negara-negara yang selama ini kita kenal sebagai negara penjajah bangsa-bangsa Muslim seperti Inggris, Prancis, Rusia dan Belanda. Hal inilah yang menyebabkan jutaan orang Islam di seluruh dunia mendukung Hitler dan mendaftarkan diri sebagai sukarelawan di ketentaraannya. Sebagian terbesar dari mereka adalah orang-orang Bosnia, Albania, Chechnya, Tatar, dan bangsa-bangsa lainnya yang berada di bawah tirani komunis Soviet. Jangan lupakan pula unit-unit yang terdiri dari para anggota perlawanan Arab (Freies Arabien).

Muhammad Amin al-Husseini, Mufti Besar al-Quds (Jerusalem), memimpin perlawanan Palestina melawan Yahudi dan Inggris dari pembuangannya di Berlin, dan mantan Perdana Menteri Irak Rashid Ali al-Gailani juga memimpin perlawanan bangsanya dalam melawan imperialisme Inggris dari ibukota Jerman tersebut. Terdapat pula grup-grup pelopor dari jurnalis Arab, penulis, dan aktivis yang berjuang demi kemerdekaan negara mereka masing-masing dari pengasingan mereka di Jerman.

Dan sekarang saya ingin bertanya: Kita dijajah selama ratusan tahun oleh Belanda, dan kemudian Belanda sendiri diperangi oleh Hitler, lalu mengapa sekarang kita berkaok-kaok menghujat Nazi dan segala sesuatu tentangnya dengan “berpedoman” pada propaganda karbitan yang kita telan mentah-mentah? Apakah dalam sejarahnya Nazi Jerman pernah menjajah Indonesia? Apakah dalam sejarahnya Nazi Jerman begitu berlumuran darah orang-orang Muslim? Jawabannya adalah: WADON BAE BLE’E-BLE’E (baca: TIDAK!)

Kembali kepada kisah tentang Al-Husseini. Banyaknya tokoh-tokoh Muslim yang bermukim di Jerman telah memberikan kesempatan yang sempurna bagi orang-orang bule tersebut untuk menjalin kontak dengan orang Islam sekaligus mempelajari ajarannya. Salah satu dari mereka adalah SS-Standartenführer Wilhelm Hintersatz (1886-1963), seorang Austria yang menjadi mualaf dan mengadopsi nama Haroun al-Rashid Bey. Dia mengepalai unit Osttürkischen Waffen-Verbände der SS yang anggota-anggotanya terdiri dari orang-orang Uzbek dan Tatar Volga, dan telah membuktikan kemampuan mereka dalam pertempuran di front Polandia (Ataullah Bogdan Kopanski, “Muslims and the Reich,” Barnes Review, September-October, 2003, halaman 30-31)

kebangkitan Jerman sebagai negara superpower dan pendirian divisi-divisi Islam. Semua ini telah menyediakan sebab bagi kebijakan-kebijakan Hitler yang sangat pro-Muslim. Hambatan utama terletak dari diplomat-diplomat tua yang lebih memilih kebijakan konservatif demi menenangkan kekuatan-kekuatan dunia saat itu dan tidak mengancam keseimbangan kekuatan yang ada. Tapi disana terdapat pula elemen-elemen muda dalam tubuh Kementerian Luar Negeri Jerman yang ingin mengambil keuntungan dari perjuangan anti-kolonialisme yang digalakkan negara-negara terjajah sehingga mereka mendukung adanya kebijakan pro-Arab dalam melawan Zionisme yang didukung oleh imperialis Barat. Tentu saja hal ini sangat klop dengan arah kebijakan yang diambil Hitler saat itu.

Para pendukung Arab ini di antaranya adalah Dr. Fritz Grobba, seorang veteran di Kementerian Luar Negeri dari tahun 1924 yang kemudian bertugas sebagai Duta Besar Jerman di Irak dan Arab Saudi. Dia merupakan seorang pengagum kebudayaan Islam yang dijuluki “Lawrence of Arabia-nya Jerman” dan menjadi teman dekat dari al-Husseini. Setelah Perang Dunia II usai, Grobba memeluk agama Islam dan menjadi penghubung politik antara pemimpin Mesir Gamal Abdel Nasser dengan pihak Jerman dan Soviet (Kevin Coogan, Dreamer of the Day: Francis Parker Yockey and the Postwar Fascist International, New York: Autonomedia, 1999, halaman 383).

Tokoh lainnya adalah Werner-Otto von Hentig, teman dekat dari Grobba yang merupakan mantan kepala Divisi Arab di Kementerian Luar Negerinya Joachim von Ribbentrop. Setelah perang usai, dia menghabiskan sebagian besar waktunya di Timur Tengah. Pada tahun 1955 Raja Ibnu Saud menunjuknya sebagai kepala penasihat Eropa untuk Arab Saudi. Dahsyatnya lagi, dia kemudian menjabat sebagai Duta Besar Jerman untuk? Indonesia! Dalam kapasitasnya tersebut, dia menemani delegasi Saudi sebagai penasihat khusus dalam Konferensi Asia-Afrika yang digelar di Bandung bulan April tahun 1955. Hentig memberi nasihat pada orang-orang Arab untuk mengadopsi kebijakan netralisme dalam politik dunia dan mempertahankan kemerdekaan mereka dari super power dunia saat itu, Amerika dan Rusia (Kevin Coogan, Dreamer of the Day: Francis Parker Yockey and the Postwar Fascist International, New York: Autonomedia, 1999, halaman 384).

Setelah Perang Dunia II berakhir, banyak para petinggi Nazi dan mantan perwira SS yang pindah ke negara-negara Arab, menjadi penganut agama Islam, dan mempunyai jabatan militer atau birokratis di negara baru mereka, terutama di Mesir dan Suriah (cf., Jean and Michel Angebert, The Occult and the Third Reich, New York: Macmillan, 1974, halaman 275-276).

Gestapo

Gestapo 
Although the Gestapo is generally associated with SS Leader Heinrich Himmler, it was actually founded by Hermann G ö ring in April 1933. Walaupun Gestapo umumnya dikaitkan dengan Pemimpin SS Heinrich Himmler, itu sebenarnya didirikan oleh Hermann cincin ö G pada bulan April 1933.
Upon becoming Chancellor of Germany, Adolf Hitler had appointed G ö ring as Minister of the Interior for the State of Prussia, Germany's biggest and most important state, which controlled two thirds of the country, including the capital, Berlin, and the big industrial centers. Setelah menjadi Kanselir Jerman, Adolf Hitler menunjuk G ö cincin sebagai Menteri Dalam Negeri untuk Negara dari Prusia, terbesar dan paling penting negara Jerman, yang mengontrol dua pertiga negara, termasuk modal, Berlin, dan pusat-pusat industri besar . As Minister of the Interior, G ö ring thereby had control of the police. Sebagai Menteri Dalam Negeri, G cincin ö demikian memiliki kontrol polisi.
The first thing he did was to prohibit regular uniformed police from interfering with Nazi Brownshirts out in the streets. Hal pertama yang dilakukannya adalah untuk melarang polisi berseragam reguler dari campur dengan Brownshirts Nazi di jalanan. This meant that innocent German citizens had no one to turn to as they were being beaten up by rowdy young storm troopers drunk with their newfound power and quite often drunk on beer. Hal itu berarti warga negara Jerman yang tidak bersalah tidak punya orang untuk berpaling sebagai mereka sedang dipukuli oleh polisi gaduh badai muda mabuk dengan kekuasaan baru ditemukan mereka dan cukup sering mabuk bir. These young Nazi toughs took full advantage of police leniency to loot shops at will and terrorize Jews or anyone else unfortunate enough to be caught in the wrong place at the wrong time. Ini preman Nazi muda mengambil keuntungan penuh dari kelonggaran polisi untuk menjarah toko-toko di akan dan meneror orang-orang Yahudi atau orang lain yang cukup disayangkan untuk ditangkap di tempat yang salah pada waktu yang salah.
German citizens are stopped and searched by plain-clothes and uniformed police in March 1933 under the pretext they might be concealing weapons. warga Jerman dihentikan dan dicari-baju polos dan polisi berseragam Maret 1933 dengan dalih mereka mungkin menyembunyikan senjata. Below: Gestapo Headquarters in Berlin, located at No. 8 Prinz-Albrecht-Strasse - a frightful address from 1933 onward. Bawah: Markas Gestapo di Berlin, yang terletak di No 8 Prinz-Albrecht-Strasse - alamat menakutkan dari tahun 1933 dan seterusnya.
Below: The main hall inside Gestapo HQ - a building that had once been an art museum. Bawah: Ruang utama di dalam Gestapo HQ - sebuah bangunan yang dulunya museum seni.
Below: Transition of power in April 1933 as Göring (right) yields control of the Gestapo to Himmler. Bawah: Transisi kekuasaan pada bulan April 1933 sebagai (kanan) menghasilkan kontrol Göring dari Gestapo untuk Himmler.
Below: Reinhard Heydrich hard at work in 1934. Bawah: Reinhard Heydrich bekerja keras di 1934. He displayed genius for creating the vast organization behind the Nazi police state. Dia ditampilkan jenius untuk menciptakan organisasi yang luas di belakang negara polisi Nazi.
Below: Journalist Carl von Ossietzky finds himself in the grips of Heydrich's police apparatus. Bawah: Wartawan Carl von Ossietzky menemukan dirinya di grips dari aparat polisi's Heydrich. As editor-in-chief of Die Weltbühne (The World Stage) newspaper Ossietzky spoke out against militarism and fascism. Sebagai editor-in-chief Die Weltbühne (Tahap Dunia) surat kabar Ossietzky berbicara menentang militerisme dan fasisme. Arrested the day after the Reichstag fire, he remained in Gestapo custody for five years, despite receiving the 1935 Nobel Peace Prize. Ditangkap hari setelah kebakaran Reichstag, ia tetap dalam tahanan Gestapo selama lima tahun, meskipun menerima Hadiah Nobel Perdamaian 1935. Although in poor health, he was subjected to harsh treatment in concentration camps and finally succumbed to tuberculosis in May 1938. Meskipun dalam kesehatan buruk, ia mengalami perlakuan kasar di kamp-kamp konsentrasi dan akhirnya menyerah TB Mei 1938.
Next, G ö ring purged the Berlin police department of politically unreliable cops and had 50,000 storm troopers sworn in as special police auxiliaries (Hilfspolizei). Selanjutnya, G ö cincin dibersihkan polisi departemen Berlin polisi tidak dapat diandalkan secara politik dan memiliki 50.000 pasukan badai dilantik sebagai pembantu polisi khusus (Hilfspolizei). Now the storm troopers had actual power of arrest and they relished its use. Sekarang pasukan badai memiliki kekuatan yang sebenarnya penangkapan dan mereka menikmati penggunaannya. Jails were soon overflowing with people taken into "protective custody" resulting in the need for large outside prison camps, the birth of the concentration camp system. Penjara segera dipenuhi dengan orang yang diambil ke dalam "tahanan perlindungan" sehingga kebutuhan besar kamp penjara di luar, lahirnya sistem kamp konsentrasi.
Having compromised the uniformed divisions, G ö ring next turned his attention to the plain-clothes police. Setelah berkompromi divisi berseragam, G ö cincin berikutnya mengalihkan perhatian kepada-pakaian polisi polos. On April 26, 1933, a decree was issued creating the Secret Police Office (Geheime Polizei Amt) which quickly became known as the GPA. Pada tanggal 26 April 1933, dekrit dikeluarkan menciptakan Rahasia Kantor Polisi (Geheime Polizei Amt) yang dengan cepat menjadi dikenal sebagai IPK. But this abbreviation was far too similar to the GPU abbreviation used by the Soviet Political Police in Russia. Tapi singkatan ini terlalu mirip dengan GPU singkatan yang digunakan oleh Soviet Politik Polisi di Rusia. Thus, the name was changed to Secret State Police (Geheime Staats Polizei). Jadi, nama tersebut diubah menjadi Polisi Rahasia Negara (Geheime Staats Polizei). The actual term 'Gestapo' was supposedly created by a Berlin postal official who wanted a name that would fit on a regulation-sized postal rubber stamp. Istilah yang sebenarnya 'Gestapo' diduga dibuat oleh pejabat pos Berlin yang ingin nama yang akan cocok pada stempel pos berukuran-regulasi. Gestapo was derived from seven letters within the full name Ge heime Sta ats Po lizei. Gestapo berasal dari tujuh huruf dalam nama lengkap Ge heime Sta ats lizei Po. Unknowingly, the postal official had invented one of the most notorious names in history. Tanpa sadar, pejabat pos telah menemukan salah satu nama yang paling terkenal dalam sejarah.
G ö ring promptly began using the Gestapo to silence Hitler's political opponents in Berlin and surrounding areas and also to enhance his own personal power. G cincin ö segera mulai menggunakan Gestapo untuk lawan politik Hitler keheningan di Berlin dan sekitarnya dan juga untuk meningkatkan daya pribadinya. Much to his delight, G ö ring discovered that the old Prussian state police had kept many secret files on the private lives of top Nazis, which he studied with delight. Banyak untuk menyenangkan nya, G ö cincin menemukan bahwa negara polisi Prusia lama telah menyimpan file rahasia banyak pada kehidupan pribadi Nazi atas, yang dia belajar dengan gembira.
G ö ring appointed Rudolf Diels as the first Gestapo chief. G ö cincin Diels Rudolf ditunjuk sebagai kepala Gestapo pertama. Although Diels was not a Party member, he had been a member of the Prussian Ministry of the Interior since 1930 and had served as a senior adviser in the police. Meskipun Diels bukan anggota Partai, ia telah menjadi anggota dari Prusia Departemen Dalam Negeri sejak 1930 dan pernah menjabat sebagai penasehat senior di kepolisian. G ö ring took full advantage of Diels' knowledge on how to operate a political police force. G cincin ö mengambil keuntungan penuh dari pengetahuan Diels tentang cara mengoperasikan polisi politik. He also encouraged Diels to maintain and expand the secret files on Nazi leaders. Dia juga mendorong Diels untuk mempertahankan dan memperluas file-file rahasia pada pemimpin Nazi. The cunning and ambitious G ö ring would use that information to help solidify his own position within the Nazi Party. Yang ambisius G ö dan cincin licik akan menggunakan informasi tersebut untuk membantu memperkuat posisinya sendiri di dalam Partai Nazi.
Another ambitious Nazi, SS-Reichsf ü hrer Heinrich Himmler, soon set his sights on the Gestapo. Lain Nazi ambisius, SS-Reichsf ü hrer Heinrich Himmler, segera mengarahkan pandangan tentang Gestapo. A fierce rivalry then developed between Himmler and G ö ring, with both men working against each other to curry favor with Hitler as to who would actually run the Gestapo. Sebuah persaingan sengit kemudian dikembangkan antara Himmler dan cincin G ö, dengan kedua orang bekerja melawan satu sama lain untuk menjilat dengan Hitler untuk yang benar-benar akan menjalankan Gestapo. On April 20, 1934, after much infighting, G ö ring decided to cede the Gestapo to Himmler and his associate, Reinhard Heydrich, who took over as Gestapo chief two days later. Pada tanggal 20 April 1934, setelah pertikaian banyak, cincin G ö memutuskan untuk membagi Gestapo untuk Himmler dan rekannya, Reinhard Heydrich, yang mengambil alih sebagai kepala Gestapo dua hari kemudian.
The ever-ambitious G ö ring had set his sights on something much bigger than being a policeman. Para ambisius G ö-cincin yang pernah telah menetapkan pandangannya pada sesuatu yang jauh lebih besar daripada menjadi polisi. The former World War I flying ace and recipient of the prestigious Pour le Mérite medal fancied himself as a military leader. Mantan Dunia Perang terbang ace dan penerima le Mérite Tuang medali bergengsi menganggap dirinya sebagai pemimpin militer. He wanted to take charge of a rejuvenated German Air Force. Dia ingin mengambil alih dari Angkatan Udara Jerman diremajakan. His interest in police matters and the Gestapo had diminished as Hitler's plans for a huge military buildup became apparent. Minatnya dalam hal polisi dan Gestapo telah berkurang sebagai Hitler berencana untuk penumpukan militer besar menjadi jelas.
Within a few years, Himmler became Chief of the German Police in addition to his duties as SS leader. Dalam beberapa tahun, Himmler menjadi Kepala Kepolisian Jerman di samping tugasnya sebagai pemimpin SS. Heydrich, his number two man, proved to be something of a genius in creating a hugely efficient national intelligence system that kept tabs on everyone. Heydrich, orang nomor dua manusia, terbukti menjadi sesuatu yang jenius dalam menciptakan sistem yang efisien intelijen nasional sangat yang terus tab pada setiap orang. No one was exempt from Gestapo snooping, no matter how high up in the Nazi hierarchy. Tidak ada yang dibebaskan dari Gestapo mengintai, tidak peduli seberapa tinggi dalam hirarki Nazi.
On February 10, 1936, the Nazi Reichstag passed the 'Gestapo Law' which included the following paragraph: "Neither the instructions nor the affairs of the Gestapo will be open to review by the administrative courts." Pada tanggal 10 Februari 1936, Reichstag Nazi melewati 'Hukum Gestapo' yang termasuk paragraf berikut: "petunjuk maupun urusan Gestapo akan terbuka untuk pemeriksaan oleh administrasi. Pengadilan Baik" This meant the Gestapo was now above the law and there could be no legal appeal regarding anything it did. Hal ini berarti Gestapo sekarang di atas hukum dan tidak mungkin ada banding hukum mengenai sesuatu hal itu.
Indeed, the Gestapo became a law unto itself. Memang, Gestapo menjadi kepada hukum itu sendiri. It was entirely possible for someone to be arrested, interrogated and sent to a concentration camp for incarceration or summary execution, without any outside legal procedure. Sangat mungkin bagi seseorang untuk ditangkap, diinterogasi dan dikirim ke kamp konsentrasi atau ringkasan eksekusi penjara, tanpa prosedur hukum luar.
Justice in Hitler's Germany was completely arbitrary, depending on the whim of the man in power, the man who had you in his grip. Keadilan di Jerman Hitler benar-benar sewenang-wenang, tergantung pada kehendak orang yang berkuasa, orang yang telah Anda dalam cengkeramannya. The legal policy as proclaimed by Hitler in 1938 was: "All means, even if they are not in conformity with existing laws and precedents, are legal if they subserve the will of the F ü hrer." Kebijakan hukum sebagaimana dinyatakan oleh Hitler pada tahun 1938 adalah: "Semua sarana, bahkan jika mereka tidak sesuai dengan hukum yang ada dan preseden, adalah legal jika mereka mengabdi kehendak hrer ü F."
Surprisingly, the Gestapo was never actually a very big organization. Anehnya, Gestapo tidak pernah benar-benar organisasi yang sangat besar. At its peak it employed only about 40,000 individuals, including office personnel and the plain-clothes agents. Pada puncaknya itu digunakan hanya sekitar 40.000 orang, termasuk personil kantor dan agen-baju polos. But each Gestapo agent operated at the center of a large web of spies and informants. Tetapi setiap agen Gestapo beroperasi di pusat web besar mata-mata dan informan. The problem for the average citizen was that no one ever knew for sure just who those informants were. Masalah bagi warga rata-rata adalah tidak seorang pun pernah tahu pasti siapa orang informan. It could be anyone, your milkman, the old lady across the street, a quiet co-worker, even a schoolboy. Bisa siapa saja, tukang susu Anda, wanita tua di seberang jalan, tenang rekan kerja, bahkan di bangku sekolah. As a result, fear ruled the day. Akibatnya, ketakutan menguasai hari. Most people realized the necessity of self-censorship and generally kept their mouths shut politically, unless they had something positive to say. Kebanyakan orang menyadari pentingnya sensor diri dan umumnya tetap menutup mulut mereka secara politik, kecuali mereka punya sesuatu yang positif untuk dikatakan.
Anyone foolish enough to say something risky or tell an anti-Nazi joke in mixed company might get a knock on the door in the middle of the night or a tap on the shoulder while walking along the street. Siapapun jalan cukup bodoh untuk mengatakan sesuatu berisiko atau memberitahu anti-Nazi sebuah lelucon dicampur dalam perusahaan mungkin mendapatkan ketukan di pintu di tengah malam atau tepukan di bahu sambil berjalan bersama. Letters were also sent out demanding an appearance at No. 8 Prinz Albrecht Strasse, the Gestapo headquarters in Berlin, to answer a few questions. Surat juga dikirim menuntut penampilan di No Prinz Albrecht Strasse 8, markas Gestapo di Berlin, untuk menjawab beberapa pertanyaan. The Gestapo prison center in Berlin (the Columbia-Haus) became notorious as a place where pedestrians strolling outside the building could hear screaming coming from inside. Pusat penjara Gestapo di Berlin (Columbia-Haus) menjadi terkenal sebagai tempat di mana pejalan kaki berjalan-jalan di luar gedung itu bisa mendengar teriakan yang datang dari dalam.
Gestapo interrogation methods included: repeated near drownings of a prisoner in a bathtub filled with ice-cold water; electric shocks by attaching wires to hands, feet, ears and genitalia; crushing a man's testicles in a special vice; securing a prisoner's wrists behind his back then hanging him by the arms causing shoulder dislocation; beatings with rubber nightsticks and cow-hide whips; and burning flesh with matches or a soldering iron. Metode interogasi Gestapo meliputi: diulang penenggelaman dekat tahanan di bathtub yg penuh dengan-dingin air es; kejutan listrik dengan melampirkan kabel ke tangan, kaki, telinga dan alat kelamin; menghancurkan manusia testikel di sebuah wakil khusus; mengamankan napi pergelangan di belakang nya saat itu tergantung padanya oleh lengan menyebabkan dislokasi bahu, pemukulan dengan nightsticks karet dan sapi-menyembunyikan cambuk, dan daging terbakar dengan korek api atau solder.
As the SS organization rapidly expanded in the late 1930s, the super-ambitious Heydrich acquired immense powers and responsibilities. Sebagai organisasi SS cepat berkembang di akhir 1930-an, yang super-ambisius Heydrich diperoleh kekuatan besar dan tanggung jawab. One of his main accomplishments was the reorganization and bureaucratic streamlining of the entire Nazi police state. Salah satu prestasi utamanya adalah reorganisasi dan perampingan birokrasi polisi seluruh negara Nazi. In September 1939, just after the outbreak of war, he created the Reich Main Security Office (RSHA). Pada bulan September 1939, setelah pecahnya perang, dia menciptakan Kantor Keamanan Utama Reich (RSHA). This new organization had seven main branches . Organisasi baru ini telah tujuh cabang utama . The Gestapo was designated as the fourth branch and was now headed by Heinrich M ü ller (nicknamed as Gestapo M ü ller). Gestapo ditunjuk sebagai cabang keempat dan sekarang dipimpin oleh Heinrich ller ü M (dijuluki sebagai Gestapo ller ü M). Back in 1931, as a member of the Munich police, M ü ller had successfully hushed-up the scandal surrounding the suicide of Hitler's niece Geli Raubal. Kembali pada tahun 1931, sebagai anggota polisi Munich, M ü ller telah berhasil didiamkan-up skandal sekitar bunuh diri Hitler keponakan Geli Raubal. Thus he had proven himself to be a very dependable man. Dengan demikian ia telah membuktikan dirinya sebagai orang yang sangat diandalkan.
Section B4 of the Gestapo dealt exclusively with the "Jewish question" and came under the permanent control of Adolf Eichmann. Bagian B4 dari Gestapo berurusan secara eksklusif dengan "masalah Yahudi" dan berada di bawah kendali permanen Adolf Eichmann. This energetic and efficient organizer would keep the trains running on time from all over Europe to Nazi death camps located in occupied Poland during the Final Solution of the Jewish question. Ini organizer energik dan efisien akan menjaga kereta api berjalan tepat waktu dari seluruh Eropa ke kamp kematian Nazi yang terletak di Polandia diduduki selama Solusi Akhir dari pertanyaan Yahudi.
The Gestapo followed Hitler's armies into every country during the conquest of Europe. Gestapo mengikuti tentaranya Hitler ke setiap negara selama penaklukan Eropa. By pitting neighbor against neighbor, Gestapo agents established the same kind of terror mechanism in each occupied country that had worked so well back in Germany. Dengan pitting tetangga melawan tetangga, agen Gestapo mendirikan mekanisme yang sama teror di setiap negara yang diduduki yang telah bekerja dengan baik kembali di Jerman.
In 1942, the Gestapo took things a step further via Hitler's Night and Fog Decree. Pada tahun 1942, Gestapo mengambil hal-hal langkah lebih lanjut melalui Hitler's Night dan Keputusan Fog. Suspected anti-Nazis would now vanish without a trace into the misty night never to be seen again. Diduga anti-Nazi sekarang akan lenyap tanpa jejak ke dalam malam berkabut tidak pernah terlihat lagi. The desired effect as stated by Himmler was to "leave the family and the population uncertain as to the fate of the offender." Efek yang diinginkan seperti yang dinyatakan oleh Himmler adalah untuk "meninggalkan keluarga dan penduduk tidak yakin nasib pelaku." The victims were mostly from France, Belgium and Holland. Para korban kebanyakan berasal dari Perancis, Belgia dan Belanda. They were usually arrested in the middle of the night and whisked off to far away prisons for torture-interrogation, eventually arriving at a concentration camp in Germany if they survived. Mereka biasanya ditangkap di tengah malam dan dibawa ke jauh penjara untuk penyiksaan-interogasi, akhirnya tiba di sebuah kamp konsentrasi di Jerman jika mereka selamat.
From the very beginning of Hitler's regime, the ever-present threat of arrest and indefinite confinement in a concentration camp robbed the German people of their personal freedom and left them as inhibited, dutifully obedient subjects. Dari awal dari rezim Hitler, ancaman-sekarang pernah penangkapan dan penahanan tanpa batas waktu di kamp konsentrasi merampok rakyat Jerman kebebasan pribadi mereka dan meninggalkan mereka sebagai menghambat, patuh subyek patuh.
But even this was not enough. Tetapi bahkan ini tidak cukup. The Nazis wanted to change people's thinking. Nazi ingin mengubah itu pemikiran orang. And so, just as they had purged their hated political enemies, they began a campaign to purge hated "unGerman" ideas. Maka, seperti mereka telah dibersihkan politik membenci musuh-musuh mereka, mereka mulai kampanye untuk membersihkan benci "unGerman" ide. That effort started in May 1933 with the worst of all crimes against human thought and culture – the burning of books. Upaya tersebut dimulai pada bulan Mei 1933 dengan yang terburuk dari semua kejahatan terhadap pemikiran manusia dan budaya - pembakaran buku.

Rusuh Neo Nazi di Dresden

Demikian pengumuman seorang pejabat tinggi polisi kota Dresden. Pejabat ini menyatakan ia sangat terkejut, melihat aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok esktrem kiri dan ekstrem kanan terhadap polisi.
Sabtu lalu, lebih dari sepuluh ribu pendukung kelompok kiri turun ke jalan menentang aksi demonstrasi kelompok neo Nazi. Dengan akibat, kelompok ekstrem kanan tersebut, tidak bisa menyusuri rute perjalanan yang mereka rencanakan semula.
Di antara kelompok penentang neo Nazi, juga terdapat beberapa aktivis kelompok ekstrem kiri. Polisi Dresden menangkap sekitar 50 orang demonstran.

Foto Istri Hitler Hebohkan Internet

Headline
yahoonews,comFoto Eva Braun, kekasih yang akhirnya menjadi istri Hitler, baru-baru ini beredar di internet oleh Life Magazine. Gambar perempuan yang keberadaannya ia sembunyikan dari Nazi itu dimiliki oleh seorang kolektor dan kurator, Reinhard Schulz.
Foto dari album pribadi sang model tersebut ditemukan pada 1945 oleh serdadu Amerika. Saat foto ini dirilis, pencarian di internet untuk kata ‘Eva Braun’ langsung melesat 300% dalam waktu satu hari.
Eva muda pertama bertemu Hitler pada 1929, saat menjadi seorang bintang muda di Partai Nazi. Eva yang masih berusia 17 tahun, dikenalkan kepada Hitler yang masih bernama Herr Wolff, saat perempuan itu menjadi model untuk fotografer resmi Nazi.
Keduanya menjadi akrab dan sengaja tidak mengekspos hubungan mereka ke publik. Eva seorang yang depresi, pernah mencoba dua kali bunuh diri. Namun ia setia pada Hitler hingga akhir hayatnya. Setelah mengetahui plot untuk membunuh Hitler gagal, Eva menulis surat.
“Sejak pertama bertemu, saya telah bersumpah untuk mengikutimu kemana saja. Bahkan menuju kematian. Saya hanya hidup untuk cintamu,” tulis Eva. Di hari terakhir perang, mereka akhirnya menikah. Kabar selanjutnya, keduanya bunuh diri tak lama kemudian, saat Eva berusia 33 tahun.